Daftar Isi [Tampilkan]
Pertama-tama, saya ingin mulai dengan perkenalan singkat, saya Fauzy Husni, sarjana psikologi dari Universitas Negeri Yogyakarta. Alhamdulillah, saya lulus di masa pandemi dengan cara bimbingan online, diuji oleh sidang skripsi online, dan merayakannya dengan wisuda online.
Mari langsung saja kita mulai perjalanannya..
First Things First, Alasan Memilih Jenis Penelitian Kuantitatif Dibandingkan Kualitatif
Seperti yang kita tahu bahwa menulis skripsi dalam penelitian kuantitatif itu banyak orang-orang yang berkuliah di psikologi takut. Mereka udah pada trauma duluan sama angka gara-gara kuliah statistika dan psikometri.
Itu juga yang saya rasakan di awal-awal memilih judul skripsi karena udah trauma sendiri sama angka dan analisisnya yang bikin rumit. Tapi pada akhirnya memilih skripsi kuantitatif saja karena saya teringat dengan memori ketika kuliah ada dosen yang mencontohkan analisis datanya penelitian kualitatif yang mengharuskan lebih detail dan teliti dengan mengolah kata satu per satu.
Adapun dapat info selintingan bahwa penelitian kualitatif prosesnya lebih ribet ketika di lapangan karena tergantung dengan situasi di lapangan, maka cara mengolahnya pun akan berbeda-beda tergantung hal tersebut dan bisa jadi lebih tebal dari skripsi kuantitatif karena membutuhkan penjelasan yang lebih banyak.
Pilih jalan ninja kamu.. |
Setelah mencari lebih dalam dan membaca lebih lanjut (hingga bertapa di Gunung Merapi), dilihat dari desain penelitiannya.. ternyata jenis penelitian kuantitatif lebih spesifik dan rincian logikanya itu sudah jelas. Sedari awal penelitian dilakukan ketika ditetapkan dari judulnya saja sudah tahu bahwa ini arahnya mau dibawa kemana.
Dari judul kita itulah akan menjadi pedoman langkah demi langkah penelitiannya. Karena denger-denger kalo kualitatif banyak plot-twist yang gak ketebak gitu, ibaratnya, kalo opini saya, nih, kalo suka yang pasti-pasti aja pilih aja yang lebih mapan. (Lah gitu..)
Maksudnya pilih aja kuantitatif.
1. Inti dari Inti Bedanya Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif?
Bedanya kalo yang saya lihat sih sesederhana dari data yang dianalisis itu berupa angka berarti itu penelitian kuantitatif, jika data yang dianalisis untuk penelitian berupa kata-kata maka itu penelitian kualitatif.
Penelitian saya pun sebenarnya data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata tapi nantinya dikonversikan menjadi angka ketika mau dianalisis. Nanti bakal ada penjelasan lebih lanjut tentang konversi kata jadi angka, intinya kuantitatif pada akhirnya yang dianalisis berbentuk angka, ya, guys.
2. Lebih Keren Mana Penelitian Kuantitatif sama Kualitatif?
Memang, penelitian kuantitatif secara tujuan kalah keren jika dibandingkan kualitatif yang bertujuan untuk menemukan teori baru. Sedangkan kuantitatif hanya menguji teori yang sudah ada. Makanya saya salut dengan teman-teman saya yang skripsinya kualitatif itu benar-benar meneliti variabel yang memang baru, anti-mainstream, dan tidak umum.
Penelitian kuantitatif bertujuan menguji teori yang sudah ada dan variabelnya juga sudah ada peneliti yang pernah menelitinya, lalu selanjutnya tugas kita adalah memilih variabel yang ada dan membandingkan apakah variabel-variabel yang kita pilih ini ada hubungannya tidak, apakah variabel-variabelnya saling mempengaruhi atau tidak, kalo ada hubungan atau pengaruh segimana ngaruhnya, sih?
Terus kalo sudah ada hasil hubungan dan pengaruhnya, apakah itu bisa diambil generalisasinya atau tidak terhadap subyek yang kita pilih? Setelah itu akhirnya diambil maknanya di akhir berupa kesimpulan kata-kata, penyajian data berupa grafik, tabel, chart, dan sebagainya agar mudah dicerna oleh khalayak ramai.
Nah, enaknya di kuantitatif kita bisa milih jalan ninjanya karena logikanya udah jelas, kan, apakah mau nyari tau hubungan dari variabel yang kita pilih (itu nanti namanya judul hubungan) atau mau nyari tau variabel yang kita pilih saling mempengaruhi atau tidak (itu nanti namanya judul pengaruh). Dua jalan ninja ini nanti yang akan kamu pikirkan lagi.
Tambahan dikit, walau secara tujuan kalah keren, tapi penelitian kuantitatif lebih bersifat obyektif karena penelitian kualitatif melibatkan keberpihakan peneliti terhadap suatu kasus dan bersifat subyektif.
Kalian bisa cek perbedaan lengkapnya antara penelitian kuantitatif dan kualitatif tanpa terpengaruh opini dari saya, klik di sini.
Selanjutnya, Kamu Harus Memilih Judul Hubungan atau Pengaruh. Apa Bedanya?
Kalo kamu milih kualitatif, sorry to say, jalan kita udah beda, nih. Tapi kalo jalan ninjanya udah mantap milih kuantitatif, hayuklah mabar.
Tentukan lagi jalannya, mau jadi hokage apa jadi bajak laut.. |
Udah sempat disinggung tadi di atas, kalo kamu udah mantep pilih kuantitatif nanti dipilih lagi dari dua tipe judul dalam penelitian kuantitatif yaitu judul hubungan atau pengaruh yang akan menjadi jalan ninja kamu. Dua jalan ini juga bakalan menentukan lagi nanti penelitiannya mau dibawa kemana soalnya nyambung sama cara analisis datanya nanti.
1. Bedanya Antara Judul Hubungan dan Pengaruh itu Simpel Bangettt, tapi Kalo Kurang Yakin Suka Kegocek..
Bedanya begini.. Kalau penelitian yang pake hubungan itu cuma nyari tau variabel yang kita pilih itu ada hubungannya apa enggak. Antara dua variabel ini nyambung atau enggak sih? Udah.
Kalau kamu milih yang judul pengaruh itu kamu bakal nyari tahu apakah variabel yang kamu pilih itu ada kausalitasnya, gak, sih? Apakah mereka menyebabkan sebab akibat? Makanya nanti kamu bakal kenalan dengan dua istilah yang disebut variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang dipengaruhi).
Inget, kalo di judul hubungan gak ada variabel yang mempengaruhi atau dipengaruhi, ya, karena:
Dalam sebuah hubungan itu dua-duanya setara.
Kalo dalam suatu hubungan dua-duanya gak setara itu namanya toxic, tinggalin.. Arasseo?
Nah, emang di fase ini kalo milih penelitian kuantitatif suka ketuker-tuker tuh, padahal bedanya antara judul yang hubungan sama pengaruh itu gampang, cuman, dosen pembimbing saya suka ngetes-ngetes melulu ketika konsultasi. Ditambah sayanya yang masih kurang yakin, jadinya suka kebelit-belit. Disuruh mantepin sama dosbingnya, judul kamu itu sebenarnya apa biar jelas maunya apa, terus nanti biar pas sidang skripsi juga cas cis cus was wes wos.
Pada akhirnya saya memilih judul hubungan ajalah, lagi-lagi dengan alasan karena saya merasa judul hubungan lebih simpel dan sederhana. Saya mikirnya kalo judul hubungan mah cuma meneliti variabel-variabel ini ada hubungannya apa enggak. Udah, simpel sekali. Karena ada kata-kata dari tokoh terkenal, nih, soal kesederhanaan.
Simplicity is the ultimate sophistication. -Leonardo da Vinci
Mau ngingetin aja, buat kamu yang trauma sama kata "hubungan", yakin deh kalo skripsi judul hubungan itu lebih gampang dari menjalin hubungan di dunia nyata, lho. Jadi santai aja. Malahan, heii, skripsi itu gak menakutkan (tapi boong, menakutkan kalo belum selesai, kepikiran terus~)
2. Menurut Saya Level Judul Pengaruh itu Levelnya Lebih Advance Dari yang Judul Hubungan
Dibandingkan judul hubungan, menurut saya judul pengaruh itu lebih advance lagi, lebih tinggi lagi gitulah levelnya. Judul pengaruh yang kayaknya ribet harus tau sebab akibatnya, gitu. Jadi ibaratnya gini kalo udah variabel-variabel ada yang meneliti hubungannya, boleh, tuh, peneliti lain abis itu meneliti pengaruhnya. Sekali lagi respect sama yang ngambil judul skripsinya pengaruh. Ganbatte.
Trus juga metode analisisnya kalo saya sudah baca-baca yang skripsi orang lain, yang judul hubungan itukan menggunakan metode korelasi, itu lebih simpel caranya dibandingkan judul pengaruh yang pakai analisis regresi yang menurut saya agak susah lagi. Walau sebenarnya sempat disuruh temen nyobain analisis regresi trus bisa, sih, ya tapi lagi-lagi common sense saya yang berbicara. Ini saya bukan nakut-nakutin, sekali lagi, ini kan berdasarkan pengalaman dan pemikiran saya yang penginnya simpel. Hehehe..
Cari Deh, Variabel Apa yang Mau Dicari Tau Hubungannya..
Nah, disclaimer dulu, jika kamu akhirnya ngambil judul pengaruh, good-bye, brayy~,
Di sini udah fleksibel banget, tapi yang bikin bingung itu sebelum saya dapet dosbing yang mantepin dulu penelitian saya maunya apa, sama dosen yang matkul Teknik Penelitian Skripsi (ini yang bukan dosbing) saya disuruh cari variabelnya dulu sebelum ke desain dan metode penelitiannya. Disitulah letak kesalahannya, apalagi disuruhnya sama dosennya "Carilah variabel yang kita suka sehingga kita mau nyari tau lebih jauh soal variabel yang kita suka itu."
Kalo proses pencarian variabel dulu yang dilakukan, ini jujur ngawang-ngawang banget. Ini yang bikin saya jadi lama di proses ini karena ya.. itu petunjuknya cari apa yang kita suka malahan sebenarnya malah bikin kitanya bingung sendiri.. wong nyari orang yang kita suka aja susah~
Proses pencarian variabel tapi ini waktu ngerjain tugas matkul psikologi eksperimen.. |
1. Dosen Kadang Menyuruh Cari Variabel yang Kita Suka, Malah Justru itu yang Bikin Lama..
Gak salah, sih, kadang malah jadi bikin orang mikirnya kejauhan padahal teman-teman yang skripsinya cepet selesai itu, ya, yang variabelnya deket-deket aja. Malahan pas ketika nemu temen yang udah nemu judul, "Oh, variabel itu bisa, ya, ternyata, kenapa gak saya mikir variabel itu ya dari dulu?"
Saya aja gak nyangka bakal meneliti variabel kecanduan game online yang selama ini deket banget tapi saya nyari yang saya suka jadinya mikir jauh banget, gitu, malah sempet dulu pengin meneliti selera humor yang literatur dan istilah di psikologinya aja masih sulit dicari. Yang penting itu ternyata variabelnya ada istilah psikologinya dan ada di jurnalnya.
Padahal jelas-jelas dekat dengan fenomena yang terjadi ya (based-on problems).. kecanduan game online, kan, ada di masyarakat dan masalahnya juga keliatan dan lagi happening, apalagi yang bikin game online makin candu yaitu kalo punya alat game yang canggih. Nah dari situ kan bisa timbul perilaku impulsive buying atau pembelian impulsif pada perangkat game online.
2. Daripada Ngawang-Ngawang Mending Buka Buku Catatan Kuliah, Semisal Baca Jurnal Gak Bantu Nemu Variabel..
Di fase ini emang dituntut untuk banyak membaca, baca-baca jurnal, buku-buku catetan kuliah dari semester awal sampe yang terakhir, banyak menggali hal-hal yang dulu sudah kita pelajari yang enggak dari buku tapi misalnya ngeliat secara langsung di dunia nyata, abis itu baru kita cari istilah psikologinya apa, banyak baca dan kumpulin data-datanya yang menarik karena itu bekal buat nanti kita nyusun masalahnya sehingga bisa membuktikan variabel yang kita pilih itu emang layak buat diteliti. Kalo udah gini, pastikan, variabel atau judul yang kita pilih bisa dilakukan.
Inspirasi judul-judul skripsi bisa dilihat dari kakak-kakak tingkat dan teman-teman saya sealmamater di psikologi Universitas Negeri Yogyakarta, dengan mengunjungi tautan berikut ini:
Jurnal Mahasiswa Psikologi UNY: Vol. 1 No. 1 Tahun 2019, Vol. 1 No. 2 Tahun 2019
Jurnal Acta Psychologia: Vol. 2 No. 1 Tahun 2020, Vol. 2 No. 2 Tahun 2020
Beruntungnya, ketika matkul studi kasus saya sudah pernah mewawancarai seseorang yang membeli banyak perangkat game karena perilaku kecanduan game yang subyek saya lakukan. Itu bisa jadi pegangan buat seorang mahasiswa psikologi nanti dibikin pemaparan masalah di BAB 1 alias itu bisa jadi data empirik.
Sefruit tips, misalnya kamu masih di semester 6 dan belum masuk matkul skripsi, misalnya bakal ada matkul studi kasus, mantepin variabel buat skripsi di matkul studi kasus ini biar nanti pas matkul skripsi tinggal ngelanjutin aja konsultasi ke dosbing soal metode penelitian dan analisisnya. Nah pas matkul skripsi enak tinggal lanjutin aja.
Inilah judul yang fix, final, akhir, banget, banget, dah capek.. |
Matengin BAB 3 Dulu alias Metode Penelitiannya..
Abis cocok, nih, nemu variabelnya, selanjutnya adalah matengin Bab 3. Ini emang cara dosbing saya yang anti-mainstream. Karena menurut beliau BAB 1 sama BAB 2 itu gampang, and it works.. ini dia langkah-langkahnya.
1. Dimulai Dari Nyari Tau Variabel yang Kita Pilih Itu Instrumen Penelitiannya Apa?
Instrumen penelitian ini dimaksud dengan kita mau ngambil data pakai alat ukurnya apa.
Instrumen penelitian itu terdiri dari:
- Aspek-aspek dari variabelnya apa aja,
- Indikator perilaku dari masing-masing aspeknya, dan..
- Butir-butir yang bisa dibuat pernyataan untuk dijawab para responden penelitian.
Di sini, juga, ibaratnya kamu bisa mempelajari variabel kamu secara helicopter view, secara generalis, atau gambaran besarnya sebelum kamu nanti akan menyusun landasan teori di BAB 2. Dimana di situlah kamu akan mempelajari variabel secara spesifik dan detail.
Jika berdasarkan nasehat dosen saya pas studi kasus, pas nyusun instrumen penelitian atau alat ukur ini sesuaikan dan cari alat ukur yang mendekati simtom-simtomnya atau perilaku yang menggambarkan variabelnya. Kuliah di psikologi itu perlu diingat, dalam indikator perilaku yang nantinya akan dibuat butir pernyataan itu harus bisa
ngegambarin kalo responden ngelakuin perilakunya atau enggak. Pastikan definisi variabelnya apa dan indikator perilakunya apa itu jelas.
Ada contoh yang paling biasa dari instrumen penelitian yang sudah jadi dari skripsi saya yaitu bentuknya tabel, gitu. Seperti ini..
2. Bikin Instrumen Penelitian Itu Sebenarnya Bisa Adaptasi atau Modifikasi dari Penelitian Sebelumnya..
Sebenarnya ada opsi kita mau kita adaptasi langsung, plek-plekan, bisa, tuh, tapi harus nyantumin sumbernya. Cara kedua adalah kalo saya itu memodifikasi instrumen jadul sesuai kebutuhan penelitian saya jadi instrumen yang baru. Saya juga di sini disuruh sama dosbingnya bikin tabel instrumen penelitiannya, disuruh tentukan butir mau berapa, dan buat pernyataan-pernyataannya yang mau dijadikan sumber acuan responden untuk menjawab.
3. Nah, Dari Situ Kita Bisa Tau Teknik Pengumpulan Datanya..
Biasanya kalo kuantitatif kebanyakan pake angket atau kuesioner, sama aja bentuknya cuma beda penyebutannya, doang.
Nah dari angket itu output datanya apa, nanti output-nya bisa macem-macem. Disinilah kita belajar macam-macam data dalam penelitian kuantitatif, yaitu sebagai berikut:
- Data nominal,
- Data ordinal,
- Data interval, dan
- Data rasio.
Data interval saya tebelin karena output data kuantitatif ini yang saya pakai dalam penelitian saya.
Sederhananya gini, output data ini ditentuin dari cara responden ngejawab pernyataan instrumen penelitian, karena jawaban responden penelitian saya itu tidak pernah, jarang, sering dan selalu yang tadinya kata-kata akan di-konversikan jadi angka 1= tidak pernah, 2=jarang, 3=sering, dan 4=selalu. Contoh lain itu ada yang setuju, sangat setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Bahkan, ada yang di tengahnya ditambahin netral. Itu bisa juga.
Contoh kuesionernya tapi karena pandemi nanti dijadikan bentuk Google Form.. |
Nah, karena semua angka ini dianggap punya jarak yang sama soalnya kan gak dihitung secara nilainya juga maka disebutnya data interval. Di sini dosbing saya nyuruh saya cari tau bedanya apa aja dari masing-masing data yang ada dalam penelitian kuantitatif, terus nanya kalo penelitian saya output datanya data apa karena tiap data jalannya bakal beda-beda lagi. Karena sekali lagi, tiap output data punya jalan ninjanya masing-masing. Silahkan output data selain data interval cari sendiri, ya..
Berikut ini saya cantumkan sumber-sumber untuk memahami:
- Jenis-jenis data dan pemilihan statistik,
- Data nominal, data ordinal, dan data rasio, dan
- Pengertian dan contoh data.
Oiya, untuk kumpulan data yang awalnya berbentuk kata-kata atau pernyataan tidak pernah, jarang, sering dan selalu yang dikonversi ke angka 1, 2, 3, 4 itu istilah kerennya adalah Skala Likert.
4. Langkah Selanjutnya, Menentukan Responden Penelitian..
Di sini saya dimarahin abis-abisan sama dosbing, karena gak bisa menjelaskan pengertian antara populasi dan sampel dan bedain mana yang populasi mana yang sampel dari penelitian yang akan dilakukan.
Gampangnya, populasi itu yang bakalan tertera di judul utama skripsi kalian, kayak penelitian skripsi saya yaitu populasinya adalah "mahasiswa berusia dewasa awal di Yogyakarta". Pengertian usia dewasa awal dibuka lagi, ya, buku psikologi perkembangannya, canda perkembangan~
Lalu sampelnya itu bakalan dipilih perwakilan dari populasinya. Bakalan beda-beda lagi tuh tergantung gimana milih sampelnya, kalo saya memilih sampel gak secara acak tapi ditentukan kriterianya jadi disebutnya metode purposive sampling.
Dari populasi mahasiswa yang berusia dewasa awal disaring lagi buat nantinya dijadikan sampel. Jadi yang berhak mengisi kuesioner adalah hanya mahasiswa S1 yang usianya 18-24 tahun, biar mewakili penelitiannya ditentukan lagi kiriterianya yaitu yang sering bermain game online dan setidaknya pernah membeli perangkat game.
Lebih lengkap soal referensi saya ketika bingung untuk melakukan pengambilan data menggunakan metode purposive sampling. Klik link berikut ini untuk gambaran lengkap soal purposive sampling.
5. Oke Ini Saatnya Ambil Data Try Out..
Bikinlah kuesioner penelitiannya pakai Google Form.. Gampang, lah, kalo mahasiswa udah sampe ngambil matkul skripsi mah udah bisa yang begini-begini mah. Abis itu disebar secara online..
Sambil nunggu datanya banyak yang ngisi, bisa tuh matengin BAB 1 sama BAB 2, terus baca-baca soal validitas dan reliabilitas soalnya abis try out bakalan menganalisis data yang diambil untuk diketahui validitas dan reliabilitasnya.
6. Disinilah, SPSS Akan Mulai Menyerang..
Gak usah dijelasin lagi, ya, yang kuliah di psikologi pasti sudah tahu kalau aplikasi SPSS (Statistical Package for Social Sciences) adalah salah satu kunci skripsi kuantitatif bisa anggeus alias selesai. Sekarang nyari dulu, deh, aplikasi SPSS di internet, buat yang trauma karena waktu dulu matkul psikometri dan statistika malah di uninstall sekarang mau gak mau cepetan download lagi.. buru!!
Tapi percayalah, guys, SPSS ada untuk memudahkan kita. Beneran, deh.
7. Validitas Instrumen Penelitian
Disini kita membahas apakah instrumen penelitian yang sudah kita susun itu mampu mengukur suatu perilaku dan data yang dihasilkan itu akurat sesuai tujuan penelitiannya. Di penelitian skripsi kuantitatif saya ada dua yaitu validitas isi dan validitas konstruk.
a. Validitas isi
Validitas isi untuk penelitian skripsi saya memakai metode profesional judgement. Di universitas saya kuliah, aturan profesional judgement untuk S1 adalah nanti kita nyerahin instrumen penelitian yang tadi di atas udah disusun terus validatornya itu dosen pembimbingnya saja, terus nunggu apakah instrumen penelitiannya disetujui atau tidak. Kalo belum, ya, dari langkah di atas tadi udah harus direvisi sampe bener-bener disetujuin.
Kalo S2 itu kalo gak salah nyari lagi validatornya dari ahli-ahli yang ada selain dosen pembimbing. Kalo S3 validatornya cari lagi ahli-ahli-ahli sampe tiga kali, ya namanya juga S3.. Jiahhh~
b. Validitas Konstruk
Validitas konstruk untuk penelitian kuantitatif ini yang menjadi awal mula melakukan analisis dari data yang diambil dari try out. Tujuannya mengukur skor-skor biar ada landasan konstruksi teoritisnya bahwa instrumen penelitiannya itu emang valid.
Disini data hasil TO diolah pakai software SPSS menggunakan teknik analisis faktor, langkah-langkah detail caranya mengolah data interval menggunakan analisis faktor SPSS bisa diklik link berikut ini. Klik. Tapi nanti yang dilihat untuk pengujian validitas dari hasil datanya hanyalah pengujian uji asumsi KMO dan Anti-Image Correlations.
Pengujian uji asumsi KMO (KMO and Bartlet Test) akan menghasilkan tabel yang KMO Measure Sampling of Adequacy dan nilai Bartlett's Test of Sphericity yang menunjukkan apakah variabel yang kita teliti layak atau tidak.
Untuk analisis hasil Anti-Image Correlations akan mengetahui butir mana yang layak pakai dari analisis faktor yang kita lakukan. Angka yang ada huruf (a) di SPSS itulah yang nunjukkin valid atau enggak butir yang kita pakai, jika nilainya > 0,5 maka butir yang diukur udah valid dan bisa dipakai untuk pengambilan data yang sebenarnya. Kalo enggak valid ya nanti butirnya dihapus, bray, misalnya kita buat 15 terus yang valid cuma 10 yaudah yang dipake di pengambilan data sebenarnya itu cuma 10 butir.
Interpretasi lebih lengkap dari analisis faktor menggunakan SPSS bisa dicek di artikel berikut ini. Klik.
8. Reliabilitas Instrumen Penelitian
Kalo reliabilitas ini untuk mengukur kekonsistenan alat ukur yang kita bikin ini atau yang disebutnya ajeg.
Nah menurut Suharsimi Arikunto kalo nyari reliabilitas data interval yang skornya bukan 0 atau 1 doang, karena tadi data interval kan ada 1, 2, 3, dan 4, terus bentuknya juga menjawab pernyataan maka reliabilitasnya diukur dengan rumus Alpha Cronbach. Sekali lagi kalau data outputnya berbeda dengan data interval, beda lagi caranya~
Langsung aja dianalisis bray, data TO yang udah didapatkan memakai aplikasi SPSS. Cara detailnya bisa dibaca di sini, klik link berikut untuk mengetahui langkah-langkah uji reliabilitas Alpha Cronbach..
Oke kalo misalnya hasilnya udah keluar terus nilai Alpha Cronbach-nya lebih dari 0,6 maka instrumen atau skala penelitian yang udah kita buat itu ajeg dan sangat bisa dipakai untuk pengambilan data sebenarnya.
Setelah validitas dan reliabilitas aman, konsultasikan lagi dengan dosbing kamu apakah bisa mulai ambil data. Setelah diizinkan, bikinlah lagi Google Form-nya, terus ambil data lagi dan sebar di internet.
Tips Menyebar Kuesioner Penelitian Secara Online
1. Cantumkan Informed Consent
Jangan lupa nyantumin informed consent di Google Form-nya, ingat sebagai mahasiswa psikologi kode etik psikologi haruslah dijunjung tinggi. Informed consent juga memberikan kesan bahwa penelitian yang dilakukan emang kredibel dan dapat dipercaya, tidak akan melanggar privasi dan data yang didapat tidak akan disalahgunakan oleh peneliti.
2. Jangan Lupa Kolom Identitas Diri dan Kolom Tambahan
Selain mencantumkan pernyataan-pernyataan dari instrumen penelitian, jangan lupa nyantumin kolom untuk responden mengisi data basic yaitu identitas diri, seperti jenis kelamin, domisili, dan usia.
Trus yang gak kalah penting untuk nanti dicantumkan sebagai analisis deskriptif di BAB 4, karena saya meneliti tentang kecanduan game maka ada kolom isian perangkat game apa yang sering dipakai untuk bermain game, game online yang sering dimainkan, dan kisaran pengeluaran total dan pengeluaran per bulan untuk bermain game karena saya juga meneliti variabel pembelian impulsif perangkat game.
3. Pastikan Instruksi dan Alur Kuesioner yang Dibuat di Google Form Sangat Jelas, ya.
4. Terapkan Reward Supaya Kuesioner Keisi Lebih Cepet
Terapkan reward atau hadiah untuk responden penelitian yang sudah mengisi, zaman sekarang pembayarannya juga tidak ribet dibantu oleh banyaknya platform e-money (Dana, Gopay, OVO, Bitcoin, etc) sehingga gak usah ribet transfer lagi ke Bank. Waktu saya menyebar kuesioner saya memberikan saldo e-money kepada 5 responden yang beruntung yang sudah mengisi kuesioner penelitian saya sebagai bentuk ucapan terima kasih. Biasanya juga dengan ada hadiah seperti ini kuesioner penelitian akan cepat terisi, plus itung-itung sedekah di kala pandemi.
5. Sebar, Sebar, dan Sebar!!
Selanjutnya, membuat blast broadcast pesan di WA, sebarkan status dan di grup-grup yang sekiranya relevan dengan kriteria subyek penelitian kita. Bisa ditambah dengan mendesain poster supaya lebih menarik perhatian ketika dibagikan di sosial media yang kamu punya.
6. Jangan Gengsi Minta Bantuan Orang Lain, Bahkan Orang Asing Sekalipun.
Jangan malu-malu, gak usah gengsi, untuk meminta bantuan teman-teman dan orang lain, bahkan orang asing (sama mutual twitter atau close friends di IG, biasanya close friends di IG orang asing juga dimasukkin) untuk mengisi atau menyebarkan kuesionernya karena nanti kamu juga bisa membalas budi menyebarkan kuesioner teman-teman lain yang juga sedang mengerjakan skripsinya. Saling bahu membahu dalam kebaikan.
Kuota Respondennya Berapa, Sih, Untuk Penelitian Kuantitatif?
Dalam penelitian yang saya lakukan, ketika try out kuota syarat responden atau subyek penelitian dari dosbing adalah 60 responden. Untuk pengambilan data sebenarnya, kuota responden yang harus dipenuhi adalah 100 responden.
Tapi kawan-kawan, perlu diketahui jumlah 100 responden itu tidak serta merta langsung segitu, heii~
Ada alasannya yaitu penelitian saya kesulitan mendapatkan angka pasti dari mahasiswa berusia dewasa awal di Yogyakarta maka angka 100 dianggap cukup representatif dengan ciri dan kriteria populasi penelitiannya.
Jika angka populasinya ada datanya dan jelas maka itu lebih bagus, ada rumusnya lagi untuk menentukan jumlah sampelnya.
Tips Mematangkan Penulisan BAB 1, BAB 2, BAB 3, dan Seterusnya dalam Skripsi Psikologi Biar Langsung ACC..
Seperti biasa, sambil nunggu datanya memenuhi kuota responden yang sudah ditetapkan, kamu bisa matengin BAB 1, BAB 2, dan BAB 3-nya, ya.
Ini sefruit tips untuk kamu buat matengin BAB-BAB yang ada di skripsi kamu supaya nanti pas diuji langsung lulus, bray, bukan dari saya tapi didapat dari sekretaris penguji yaitu dosen wali selama berkuliah ketika memberikan petunjuk buat revisi skripsi saya pas sidang skripsi.
1. Konsisten
Konsisten artinya bahwa apapun yang ditulis dalam skripsi itu harus tetap sama, ajeg, sesuai dan selaras. Apanya yang sama? Ya, kalo nulis di BAB 1 begitu ketika disinggung lagi di akhir pun akan tetap begitu. Baik dari definisi variabelnya, latar belakangnya, tujuannya, opini penulisnya, kutipan-kutipannya, dan lain sebagainya. Ditambah kalo penelitian kuantitatif harus konsisten mengikuti asas dan logika yang berlaku.
2. Kontinu
Ini masih agak sama dengan konsisten tapi agak beda sedikit, yaitu kontinu atau berkelanjutan dan berkesinambungan. Misalnya apa yang sudah kita jelaskan di suatu paragraf/BAB awal itu apa efeknya di paragraf/BAB selanjutnya, kayak cerita film atau series yang bakalan ada akibat dari decision making yang kita pilih sebelumnya.
Berkesinambungan juga bisa diartikan urutan BAB, sub-bab, anak sub-bab dan bagian-bagian skripsinya sudah disusun secara benar.
3. Detail dan Fokus
Salah satu kesabaran dalam skripsi itu emang begini, harus detail dan fokus ketika menulis dan mengeditnya. Apalagi di BAB awal di pemaparan latar belakang masalah penelitian atau pemaparan penelitian terdahulu itu harus dijelaskan dengan serinci mungkin, kayak waktu dan tempatnya, apa permasalahannya, sih, sampe-sampe kok ini masalah harus diteliti dalam skripsi kita??? Cantumkan dengan lengkap.
Terus juga keterbatasannya apa saja sampai keadaan pandemi misalnya yang mengharuskan saya melakukan penelitian secara online pun harus dijelaskan, kalau gak salah ini di BAB 1 dan BAB 5.
4. Gunakan Bahasa Indonesia yang Benar
Ini mengacu ke kata-kata, kalimat dan paragraf yang dipakai dalam skripsi, cek lagi:
- Apakah kata-kata yang dipakai di skripsi ada juga di KBBI atau enggak? Rajin-rajin ngecek KBBI, bray~
- Terus seringnya sih kalau ada istilah Bahasa Inggris, Bahasa Jawa, Bahasa Sunda atau bahasa asing (alien) selalu ingat untuk dimiringkan atau italic,
- Setiap paragraf yang ditulis jangan lebih dari 7 kalimat,
- Bikin paragraf juga gak asal paragraf tapi paragraf itu ada inti dan penjelasannya,
- Cara menulis kutipan langsung atau tidak langsung harus benar, kutipan pun bukan sekadar kutipan karena harus disintesiskan oleh kita sebagai peneliti sehingga memunculkan pemahaman baru sesuai permasalahan yang dimiliki.
- Dan lain sebagainya yang bisa kamu bedah sendiri di buku pedoman skripsi kamu, biasanya ada tuh disitu, ya.
5. Referensi yang Benar dan Dapat Dipahami
Direkomendasikan sih dari dosbing itu referensinya adalah jurnal penelitian dalam rentang waktu 5 tahun terakhir skripsi itu dibuat, tapi, ya, yang 5 tahun itu menurut saya pentingnya yang buat acuan banget dan yang buat dicantumkan di BAB 2 sebagai penelitian terdahulu menurut saya wajib penelitian yang 5 tahun terakhir.
Kalau untuk sumber referensi yang gak utama, nyari pengertian variabel atau teori besar masih okelah ngambil jurnal yang tua-tua atau maksimal 10 tahun terakhir.
Sebisa mungkin harus ada referensi dari jurnal internasional juga, ya, walaupun jurnal dalam negeri gak kalah bagus tapi kebanyakan teori-teori besar dari variabel-variabel psikologi yang terkenal itu masih berasal dari luar negeri dan pastikan ketika menuliskannya kembali di skripsi dan daftar pustaka sesuai format yang benar dan dapat dipahami dengan mudah oleh khalayak ramai.
Menganalisis Data Pakai Teknik Analisis Data Judul Skripsi Hubungan
Nah, langkah ini bisa dilakukan kalau kuota responden yang harus dicapai sudah dipenuhi.
Di fase ini juga harusnya BAB 1, BAB 2, dan BAB 3 udah fix, dong.
Dalam judul skripsi hubungan yang saya lakukan, teknik analisis data hanya menggunakan uji korelasional menggunakan rumus analisis korelasi Pearson Product Moment. Seperti biasa memakai software SPSS dengan langkah-langkah detail berikut ini, klik.
Nanti bakalan keluar hasilnya dalam bentuk tabel. Tabel tersebut akan memperlihatkan koefisien korelasinya yang bisa menggambarkan hubungan antara variabel X dan Y-nya (apakah positif atau negatif, apakah searah atau berkebalikan?), angka signifikansi yang bisa menyimpulkan bahwa hubungan yang ada bisa diterapkan ke seluruh populasi atau tidak, dan nanti angka koefisien korelasi bisa dikuadratkan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi hubungan variabel X dengan variabel Y (kuadrat tersebut nantinya dikali 100% sehingga kontribusinya berapa persen tuh, ya..).
Nah hasil ini adalah hasil inti dari penelitian skripsi yang sudah kalian lakukan. Yeay~
Tepuk tangan, dulu, bray, kalo udah nyampe fase ini..
Tinggal nyusun BAB 4 sama BAB 5 aja, deh.. tips-nya masih sama seperti di atas, ya, di BAB 4 dalam pemaparan hasil penelitian jangan lupa menyantumkan grafik, chart, atau tabel supaya penyajian datanya lebih menarik dan mudah dipahami oleh khalayak ramai. Terus kalo udah nyantumin grafik, chart, atau tabel, untuk penjelasannya, kata dosen sekretaris penguji saya waktu itu jangan cuma ngulang yang udah ada di situ tapi tuliskan maknanya. Oke, bray??
Abis itu persiapan buat sidang skripsi, jangan lupa persiapan presentasi, minta do'a restu orang tua biar dimudahkan dan minta semangat dari teman-teman seperjuangan~
Gimana, gampang, kan, skripsi psikologi kuantitatif? Apalagi yang judul skripsinya hubungan, lebih gampang, kan? Hehehe~
Ini penjelasannya udah saya buat lebih gampang, lho, gak tau kalo ternyata malah bikin kalian tambah pusing.. Hehehe~
Akhir Kata adalah Epilog
Sekali lagi, saya menulis ini berdasarkan pengalaman saya sendiri yang penginnya mudah, sederhana, simpel, maka jalan skripsi dengan jenis penelitian kuantitatif hubungan-lah yang saya ambil. Yang mungkin merasa jalan lain lebih mudah, mungkin bakalan ada, karena sekali lagi kapabilitas tiap orang dan cara orang lain menyelesaikan masalah itu berbeda-beda. Karena saya kuliahnya di psikologi saya sangat menghormati adanya individual differences..
Ingin menutup artikel ini dengan suatu quote yang waktu itu menjadi penyemangat saya dalam menyelesaikan skripsi, walaupun sayangnya dimarahin dosen penguji utama gak boleh dicantumkan di berkas skripsi saya karena gak nyambung sama tema skripsinya.. hehehe~
If you can, you can. If you know, you know. If you are, you are.
Terima kasih telah membaca sampai sini, bray, semoga artikel ini bermanfaat dan membantu kalian dalam menyelesaikan skripsi kalian. Jangan lupa membagikan ini ke teman-teman kalian jika ada teman-teman seperjuangan pejuang skripsi yang dirasa membutuhkan untuk membaca ini. Kalian bisa share juga tanggapan atau pertanyaan tentang artikel ini atau share pengalaman kalian menyelesaikan skripsi di kolom komentar. Untuk next bahas apalagi, ya? Hmm, kalau punya ide buat apa yang mau dibahas juga boleh, lah, tulis di comment section di bawah, ya, brayy.. see you!!
Posting Komentar
Posting Komentar